“Pak raport saya masih ada nggak di sekolah? Di rumah nggak ada,”

Pagi ini seorang siswa menghubungi saya. Siswa kelas XII saat ini sedang persiapan SNMPTN. Nah, banyak persyaratan administrasi yang harus disiapkan. Salah satunya raport ini. Dia menanyakan raportnya.

Jangan salah. Saat pembagian raport ada saja siswa yang belum mengambil raportnya. Mungkin waktu itu belum dibutuhkan maka tidak diambil. Sekarang, saat dibutuhkan, baru dicari-cari .

Sebagai wali kelas yang baik saya pun harus melayani siswa dengan baik. Kebetulan memang raport siswa ada di rumah. Ya, sebelum pandemi saya sudah mengantisipasi, bahwa file-file penting harus dipindahkan ke rumah.

“Ada nih raportmu. Ada di rumah bapak. Ya udah ambil aja,”

“Gimana caranya, Pak? Kan kita sedang membatasi kegiatan di luar.

“Lewat aplikasi ojek online aja,”

“Ok, Pak. Siap.”

“Tapi kan Bapak yang harus ngirim. Sini kirim aja alamat rumahmu ya,”

“Baik, Pak. Makasih Bapak,”

Saya segera memesan fitur kirim barang lewat aplikasi ojek online. Tak berapa lama, sang ojek pun pun datang.  Saya bilang kalau isi paketnya adalah raport siswa.

“Tolong hati-hati, ya”

“Baik, Bapak,”

Alamat lengkap sudah saya cantumkan di aplikasi ojek online itu. Sehingga pengemudi pun jelas dengan alamat yang harus dituju.

Ada pilihan pembayarannya  ditempat atau pembayaran oleh yang mengirimkan paket. Berhubung di aplikasi masih ada saldo, maka saya membayarnya dengan memotong saldo tadi.

Belasan menit kemudian siswa saya mengirimkan pesan lewa WhatsApp. Mengabari kalau paketnya sudah diterima.

“Makasih banyak lho, Pak. Hari ini saya bisa langsung mendaftar SNMPTN. Mohon doanya pak,”

“Ya. Mudah-mudahan kamu diterima di kampus sesuai pilihan kamu. mudah-mudahan diberikan hasil yang terbaik buat kamu.

“Terima kasih, Pak.”

“Sama-sama,”

Zaman sekarang banyak aplikasi yang memudahkan aktivitas kita. Dengan kemajuan teknologi kita bisa bertransaksi dengan mudah, nyaman, dan aman. Pas banget dengan kondisi saat ini.

Saat ini kita masih dilanda pandemic akibat covid-19. Kita dianjurkan untuk mengurangi aktivitas di luar rumah untuk mencegah penyebaran covid-19. Lha tapi bagaimana kalau ada keperluan yang sangat penting?

Seperti yang saya alami hari ini. Harus mengantar raport siswa yang akan mendaftar SNMPTN. Padahal di luar sana banyak bahaya yang mengancam.

Tapi kendala ini bisa diatasi dengan kemajuan teknologi digital. Kehadiran aplikasi ojek online dengan berbagai layanannya sangat memudahkan aktivitas kita. Bukan hanya itu saja. Berbagai aktivitas lain transaksi kita bisa lakukan secara digital.

Para orang tua pun bisa melakukan transaksi keuangan sekolah secara mudah, aman, dan nyaman. Ya, untuk bayar uang sekolah mereka tak perlu datang ke sekolah karena bisa dilakukan secara digital. Orang tua tak perlu repot ke ATM pula. Cukup dari rumah, bayar sekolah jadi mudah.

Saat saya belum punya mobile banking, setiap awal bulan harus ke ATM untuk mengecek gaji sudah masuk atau belum. Jarak rumah ke ATM antara 5 – 10 kilometer. Kadang ke ATM saat siang atau sore hari. Panas-panas harus ke ATM demi sebuah kabar tentang gaji.

Meskipun jauh, tetap dilakoni. Kalau ternyata gaji sudah cair, lumayan. Kalau belum cair? Lumanyun. Hehe.. Tapi itu dulu. Saat saya belum punya aplikasi mobile banking. Sekarang saya bisa dengan mudah mengecek gaji dari rumah saja. Jadi nggak perlu  persiapan seperti mandi, kena angin dan panas di jalan serta risiko keamanan lainnya seperti kecelakaan atau kecopetan.

Begitulah kemudahan transaksi digital memudahkan kegiatan manusia. Memang saat ini transaksi digital semakin marak penggunaannya.

Aldy Mohammad Rinaldi, asisten direktur Bank Indonesia dalam Workshop “Generasi Digital Bank Indonesia: Kolaborasi Karya Anak Bangsa” pada Rabu (17/2) mengatakan bahwa digitalisasi merupakan keniscayaan. Kehadiran teknologi baru solusi inovatif dan pemain-pemain baru mendorong digitalisasi di seluruh aspek kehidupan masyarakat. Data transaksi digital semakin naik. Merchan QRIS pun semakin banyak. Per 31 Desember 2020 terdapat 55,8 juta dan 6,2 juta per 11 Februari 2021.

Inilah yang saya rasakan dengan bertransaksi digital.

  1. Praktis

Banyak orang menginginkan kemudahan dalam berbagai urusannya. Termasuk dalam aktivitas ekonomi. Ya, kepraktisan menjadi prioritas di antara berbagai pertimbangan lainnya.

Transaksi digital jelas praktis. Nggak perlu repot bawa uang, nggak ribet bawa uang pas, nggak perlu bawa dompet segala.

Berbagai pembayaran bisa dilakukan dari rumah. Jadi nggak perlu mendatangi tempat yang dimaksud untuk melakukan pembayaran. Jadi kita bahkan bisa membayar uang sekolah dari rumah saja, nggak perlu keluar uang transportasi. Bahkan nggak rapi atau mandi dulu. Upsss…

Saya pernah bertugas sebagai panitia pendaftaran peserta didik baru (PPDB). Sering bingung dengan uang kembalian orang tua yang membayar uang pendaftaran. Memang sih sudah disiapkan uang kecil untuk kembalian. Tapi nggak banyak. Sudah habis untuk kembalian 2 – 4 orang tua saja. Nah, kalau pakai pembayaran digital kan nggak repot dengan uang kembalian.

Hmm, uang kembalian memang sering membingungkan. Pernah kan ke warung tapi oleh kasir ditawarkan permen sebagai kembaliannya.

“Kembaliannya permen aja ya Pak? Nggak ada uang kecil,”

Mau nolak, tapi kok nggak enak.

Dengan transaksi digital, hanya smartphone sebagai bekal, berbagai transaksi pembayaran bisa dilakukan. Gampang atau gampang banget? Hehe.. apalagi zaman now setiap orang pasti nggak asing dengan smartphone. Bahkan banyak kan satu orang punya dua atau tiga smartphone.

  1. Nggak Repot Mengantre

Di sekolah saya gajian setiap awal bulan. Kalau sudah hari H gajian, saya segera ke ATM untuk ambil gaji. Biasanya ATM nggak pernah sepi. Biasa ada saja antrean. Kalau nggak sesama teman guru, ya nasabah lainnya. Tapi itu dulu.

Sudah lama tidak begitu. Sebab sudah pakai aplikasi mobile banking. Sekarang saya bisa mengecek gajian kapan saja dan dari mana saja. Bisa dari rumah, tempat kerja, atau tempat ngopi sekalipun.

Cuma tinggal pencet sana pencet sini ketahuan sudah masuk gaji atau belum. Kalau ternyata gaji sudah tinggal ke ATM buat ngambil. Kalau belum tentu nggak perlu capek-capek ke ATM yang kadang di perjalanan bisa kehujanan atau kepanasan.

Nunggu gajian memang harap-harap cemas. Kalau tidak punya aplikasi mobile banking harus mengecek ke ATM. Namanya untung-untungan. Kalau sudah gajian, lumayan. Kalau belum gajian, lumanyun. Hehe…

Kasihan. Jauh-jauh atau panas-panas berangkat ke ATM ternyata nihil.

  1. Mudah Mengamankan Bukti-bukti Pembayaran

Ini cerita ini nyata. Masih seputar pengalaman menjadi panitia PPDB. Saat orang tua datang ke sekolah untuk pendaftaran ulang, beliau lupa membawa bukti biaya pendaftaran. Padahal bukti ini sebagai salah satu syarat administrasi pendaftaran. Untungnya, panitia menyimpan salinannya. Dan kejadian ini sering terjadi lho. Nggak cuma satu dua kali.

Ketinggalan dokumen seperti ini memang sering terjadi. Salah satunya bukti pembayaran SPP juga. Misalnya orang tua yakin kalau sudah membayar SPP, tapi sekolah yakin kalau orang tua belum bayar.

Entah mana yang benar. Hitungan sekolah atau orang tua. Sementara, kedua pihak tidak menyimpan bukti pembayaran. Hilang atau lupa menyimpan. Nah, kalau pakai sistem pembayaran digital, bukti pembayaran bisa diakses kapanpun mau. Bukti pembayaran masih tersimpan dengan rapi dan baik.

  1. Bebas Kontak Fisik

Saat ini kita sedang dilanda pandemi akibat virus Covid-19. Dan kita dianjurkan agar menjaga jarak, menghindari kerumunan, atau kontak fisik dengan orang lain. Tapi bagaimana kalau harus melakukan pembayaran?

Nah, dengan penggunaan transaksi digital hal ini bisa dilakukan.

Kita bisa melakukan pembayaran dengan aman dan tetap jaga jarak serta menghindari kontak fisik. Kita juga bisa melakukan berbagai transaksi ekonomi dari rumah saja.

Nah, begitu banyak kelebihan penggunaan transaksi digital yang dapat membantu berbagai aktivitas kita.

Sederet kelebihan di atas memang terjadi di dunia pendidikan. Tapi, bukan hanyak di dunia pendidikan saja lho. Berbagai kemudahan aktivitas ekonomi karena penggunaan transaksi digital juga berlaku di bidang lainnya.

Ringkasnya, transaksi digital memudahkan berbagai aktivitas ekonomi kita sekaligus mengantisipasi terjadinya human eror yang mungkin terjadi.

Kabar baiknya, saat ini Bank Indonesia (BI) baru saja meluncurkan sistem Quick Respon Indonesia Standard (QRIS)  sebagai metode pembayaran digital bagi seluruh masyarakat Indonesia. QRIS merupakan hasil kerjasama BI dengan asosiasi sistem pembayaran Indonesia.

Saat ini kan banyak pembayaran dengan menggunakan QR Code. Nah, QRIS (dibaca KRIS) adalah penyatuan berbagai macam QR dari berbagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) menggunakan QR Code ini.

QRIS diluncurkan demi mendukung perkembangan ekonomi digital. Melalui QRIS pembayaran digital menjadi lebih mudah dan dapat diawasi oleh regulator dari satu pintu.

Penggunaan transaksi digital jelas membantu berbagai aktivitas ekonomi kita. Di bidang pendidikan, berbagai keperluan pembayaran bisa dilakukan dengan mudah, cepat, aman, dan dokumen terjamin. Dengan berbagai kelebihan tersebut tentu saja membuat iklim pendidikan semakin maju.

Bukan hanya di bidang pendidikan saja. Di bidang lainnya seperti bisnis pun penggunaan transaksi digital bukan hanya memudahkan setiap transaksi tapi dipastikan membuat usaha atau bisnis semakin banyak mendatangkan cuan.