Lapak Baca Kolaborasi Keluarga Penerbang & Keluarga Berani
Akhir pekan pun tiba. Kami bersiap dengan proyek keluarga yang bulan ini kami sepakati yaitu membuka lapak baca. Pekan lalu kami sudah membuka lapak baca di alun-alun rangkasbitung. Dengan membawa label perpustakaan keluarga yang kami beri nama Mencara Cahaya.
Menara sebagai simbol petunjuk bagi para nelayan di pantai. Cahaya sebagai simbol ilmu yang didapat dari membaca.
“Mau buka lapak lagi di alun-alun?” tanya saya kepada istri.
“Iya, dong. Harus terus lanjut proyeknya, Mas,” jawabnya pasti.
“Kalau boleh sedikit evaluasi dari kegiatan kemarin, yang dapat sedikit lho.”
“Iya, sih. Kita juga kan baru satu kali itu buka. Wajar aja kalau sepi.”
“Atau mau coba tempat lain?”
“Misalnya?”
“Ke rumah warga. Kita bisa kolaborasi dengan temen-temen. Mana yang rumahnya bisa kita datangi.”
“Masih ada waktu nggak ya? Sudah mepet nggak ya?”
“Coba aja dek tanya ke temen-temen. Siapa tau ada yang mau diajak.”
Beberapa saat lamanya kemudian istri sibuk komunikasi dengan teman-teman. Saya tidak tahu prosesnya. Sampai istri bilang kalau besok mau kolaborasi dengan keluarga BERANI; keluarga Pak Lilo.
“Wah, cocok nih.”
Singkat cerita kami berangkat. Ada 5 orang yang ke sana. Kami berempat ditambah Abang Miftah, temannya Mas Jundi yang kebetulan main dan menginap di rumah. Kami berangkat pakai taksi online. Pukul 09.15 sampai di rumah keluarga BERANI. Di sana sudah ada anak-anak yang antusias menunggu kegiatan ini.
Lapak kami buka. Buku-buku dikeluarkan. Ditambah buku bagus-bagus keluarga BERANI.
“Ayok, yang mau baca silakan diambil bukunya, dibaca atau dilihat-lihat.”
Beberapa belas menit kemudian mereka masih asyik membaca buku yang berserakan. Ramai suaranya terdengar seru. Senang kalau mereka suka membolak-balikkan buku bacaan yang mungkin jarang ada di perpustakaan sekolah.
Saya mengingatkan istri kalau jangan lama-lama dibiarkan membaca sendiri. Bisa-bisa mereka bosan. Tak lama kemudian kami mengobrol. Ada dua anak yang belum bisa membaca. Padahal, satu anak sudah duduk di kelas 5 sekolah dasar. Sedikit kaget tapi berusaha sembunyikan reaksi itu.
Kami bercerita tentang sebuah buku. Ada juga pertanyaan. Mereka yang bisa jawab mendapat hadiah. Pada akhirnya mereka mendapat hadiah semua biar semua senang juga.
Ada juga cerita tentang kisah Nabi Yusuf a.s yang dipimpin oleh Pak Sarja, ayahnya Abang Miftah. Ceritanya seru. “Nabi Yakub tahu kalau anak-anaknya bohong tentang Yusuf yang dimakan serigala. Jadi kalian jangan bohong kepada orang tua. Sebab orang tua itu tahu saja kalau kalian bohong,” katanya.
Antusias mereka mendengarkan dongeng. Tak terasa hari beranjak siang. Mereka kemudian dibebaskan membaca buku sendiri atau bermain. Cukuplah beberapa jam saja mereka diajak fokus dan serius membaca. Sementara, para orang tua asyik mengobrol. Kesempatan silaturahmi ini jangan disia-siakan. Sebuah momen yang langka juga. Ada beberapa orang tua warga sana yang ikut nimbrung di kegiatan ini. Kami bahagia karena mereka antusias dengan kegiatan ini.