Cerahkan Hidup dan Masa Depan Pemulung

dengan Aplikasi Sampah Terintegrasi

 

 

 

Bagi banyak orang sampah menjadi masalah. Tapi bagi pemulung sampah adalah harapan. Dengan sampah mereka memberikan nafkah keluarga. Menghidupi anak dan istri.

Untuk itu mereka bekerja keras. Pergi pagi pulang sore bahkan hingga malam. Namun, sering penghasilan tidak memadai. Saat orang tua bekerja, ke mana anak-anak mereka?  

Begitulah beratnya kehidupan pemulung. Saat para orang tua memulung, ke mana anak-anak mereka? Bisa jadi mereka ikut memulung juga tidak punya biaya untuk sekolah.

Peduli dengan kondisi itu, Siti Salamah pada 2015 Siti mendirikan Rumah Pohon. Siti ingin membantu anak-anak pemulung mendapatkan skill yang berguna untuk hidup mereka. Siti Rumah Pohon memberikan pembinaan anak-anak pemulung di bidang agama, pendidikan, dan  hiburan edukasi. Mereka diajak membuat karya yang memberikan edukasi tentang kerjasama, kreativitas, dan lainnya. Mereka juga memberikan pembinaan kepada ibu-ibu pemulung agar memiliki skill kemandirian.

Sampah merupakan masalah bagi kita. Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan BPS, setiap tahunnya sampah di Indonesia mencapai 64 juta ton dan sebanyak 3,2 juta ton sampah plastik. Indonesia sendiri berada pada peringkat kedua penghasil sampah plastik setelah Cina.  

Sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton per hari. Jakarta setiap hari memproduksi 7.000-7.500 ton sampah. Dalam dua hari, tumpukan sampah di Jakarta setara dengan Candi Borobudur. Atas masalah ini kita tidak bisa saling tunjuk menyalahkan siapa dan pihak mana yang harus bertanggung jawab.

Mari kita saling peduli dan berkontribusi untuk mengurangi sampah. Belajar dari Wastehub kita bisa melakukannya. Mengurangi volume sampah di sekitar kita. Bahkan membantu pemulung untuk menaikkan tingkat kehidupannya. 

Siti bersama empat orang lainnya mendirikan Waste Solution Hub (Wastehub). Wastehub pada Oktober 2018. Wastehub juga mengajari pemulung dengan banyak hal. Mereka mengajar para pemulung yang ada di sekitar lapak dan TPA (tempat pembuangan akhir)

 

Waste Solution Hub memiliki visi sebagai penghubung satu sama lain orang-orang yang memiliki solusi agar masalah sampah dapat teratasi dengan solusi-solusi yang ditawarkan. Wastehub juga menghubungkan antara masyarakat, bank sampah, pengelola sampah, para pendaur ulang, pemulung, serta para aktivis lingkungan.

“Masalah sampah nggak akan pernah habis. Nggak akan bisa diselesaikan oleh satu orang atau satu kelompok saja. kita harus bersama-sama dan semua bergerak. wastehub menjadi salah menjadi penggerak perubahan itu,” tegas Siti. 

Wastehub juga memberikan jasa service pada kegiatan-kegiatan besar. Salah satunya pada acara halal Expo festival di 2019. Selama dua hari pelaksanaan, ada sampah 6 ton! Luar biasa ya… Nah, dari sejumlah itu, ada 3 ton sampah organik diubah menjadi kompos dengan sangat cepat. Hal ini karena dikerjakan oleh para mitra berpengalaman. Hebatnya, di hari ketiga kegiatan kompos itu dibagikan secara gratis kepada para pengunjung. Dari 6 ton sampah tadi tidak ada yang dikirim ke TPA. Untuk sampah anorganik dijual ke bank sampah yang akan dijual lagi ke pabrik-pabrik untuk membuat bahan bijih plastik.

Jika ada iven-iven, Wastehub mengajak para pemulung sebagai relawan untuk mengurus dan mengelola sampah di pelaksanaan iven itu. Bahkan relawan itu diberi kesempatan untuk memberikan edukasi terkait lingkungan, dan alur pengelolaan sampah dari awal hingga akhir.

 

Wastehub juga bekerja sama dengan beberapa daerah-daerah pariwisata untuk memberikan edukasi juga terkait permasalahan sampah di pariwisata. Relawan yang merupakan pemulung ini juga diajak. Apalagi jika ada kerjasama untuk pengelolaan sampah di kawasan wisata.

Banyak tempat wisata di Indonesia yang belum mampu mengelola sampah dengan maksimal. Padahal, kebersihan pada tempat wisata sangat mempengaruhi jumlah pengunjung. Wastehub bisa menjadi solusi atas permasalahan sampah di kawasan wisata itu. Salah satu prestasi Wastehub misalnya menjadi juara 2 dalam program pengelolaan sampah pariwisata di Nusa Tenggara Timur.

 

Pada 2020 lebih dari 1100 kepala keluarga yang terdata sebagai mitra dan terbantu. Wastehub membuat pemulung mendapatkan tempat yang lebih terhormat. Siti selalu menegaskan kepada setiap penyelenggara event atau pihak mana pun yang bekerja sama dengan Wastehub agar menghargai mereka. Justru keberadaan mereka sangat kita butuhkan.

Dengan bermitra bersama Wastehub, para pemulung bisa mendapatkan pemasukan yang lebih besar. Misalnya pada program sedekah sampah, Wastehub memberdayakan pemulung dengan membayar mereka secara professional. Jika memulung harian penghasilannya Rp. 10.000 hingga Rp. 20.000 maka sekarang ini penghasilan mereka per hari Rp. 100.000 hingga Rp. 200.000 bahkan bisa lebih besar lagi.

Para pemulung pun bisa mengisi sebagai pembicara.

“Mereka pasti hafal sekali dengan sampah. Mereka lebih menguasai tentang sampah daripada kita. Kepada mereka pula kita bisa belajar dan berdiskusi tentang sampah,” kata Siti.

Mereka akhirnya bisa hidup lebih layak. Wastehub membuat pemulung tidak lagi dianggap sebelah mata. Kini mereka memiliki harapan untuk menjadi lebih baik.

Sudah banyak anak-anak yang terbantu Wastehub. Dulu banyak anak yang putus sekolah kemudian dibantu melanjutkan sekolahnya. Bahkan ada juga yang sampai kuliah. Mereka dia tidak lupa dengan Wastehub.

Budi (47) dan keluarga termasuk yang merasakan besarnya jasa dari Siti. Dulu ia merupakan seorang pemulung. Sebelum dilibatkan dalam kegiatan Wastehub, tidak terpikir akan maju kehidupannya.

“Kkalau tidak kenal kak Siti mungkin saya masih di zona pemulung. Dari sisi penghasilan tentu lebih meningkat. Saya juga bisa menyekolahkan anak. Satu anak lulus SMK, sudah bekerja. Satu lagi masih di SMK, saat ini sedang magang di resto. Itulah hasil motivasi dari Kak Siti. Dulu saya belum ada kemauan menata masa depan anak,” katanya.

Saat ini Pak Budi sudah tidak lagi memulung seperti dulu. Lingkup kerja Wastehub di Tangerang Selatan membuat Pak Budi tidak perlu lagi ke jalan-jalan. Saat ini Pak Budi diminta oleh warga sekitar untuk menangani limbah. Setiap Ahad mengelola bank sampah milik warga di komplek sekitar.

“Menyortir mana sampah yang bernilai ekonomis tinggi mana yang masih ada nilainya. Saya dan keluarga sering diajak Kak Siti dalam kegiatan Wastehub,” ungkapnya.

Hal seperti inilah yang menjadi energi bahagia baginya. Bisa memberikan harapan dan kehidupan kepada para pemulung yang jadi mitra. Sejak dulu hingga sekarang masih ada tantangan yang dihadapinya. Namun, Siti tidak menyerah dengan tantangan itu. Masih banyak anak-anak pemulung yang butuh bantuannya untuk punya harapan tentang masa depannya.

 

Waste Solution Hub telah mengelola lebih dari 4.388 kilogram sampah, memberdayakan pemulung lebih dari 1.222 orang di wilayah Tangeran Selatan, dan mengedukasi lebih dari 23.435 pengunjung. Lebih dari 171 sukarelawan terlibat. Waste Solution Hub menaikkan derajat para pemulung dan anak-anak mereka.

Kepedulian Siti dalam dalam pemberdayaan pemulung dan kepedulian terhadap anak-anak pemulung menjadikannya sebagai salah satu penerima apresiasi 12th Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award tingkat nasional. Lewat Penggerak Sistem Pengelolaan Sampah Terintegrasi Berbasis Teknologi, Siti mendapatkan penghargaan untuk Ketegori Kelompok yang mewakili lima bidang yaitu Kesehatan, Pendidikan, Lingkungan, Kewirausahaan dan Teknologi.